SURAT TERAKHIR DARI ANAK YANG TERBUANG



Sarmini, seorang Ibu dengan 2 anak, Arif dan Mona, Tapi sayang, Arif tidak seberuntung adiknya. Dia cacat kaki dan ucapannya tidak berfungsi, sehingga dia hanya bisa diam dirumah.

Sarmini yang selalu memanjakan anak bungsunya sama sekali tak menghiraukan si cacat, Arif. Pernah Sarmini punya keinginan memberikan Arif kepada orang lain. Tapi dihalangi oleh suaminya.

4 tahun kemudian, saat Arif berumur 6 tahun, ayahnya meninggal. Dan karena alasan mencari pekerjaan, Sarmini pun pergi ke Bali membawa Mona dan membiarkan Arif sendirian di gubuk itu dan tanpa memperdulikanya lagi. Karena dia berharap ada orang lain merasa iba dan mengasuhnya.

6 tahun sudah Sarmini hidup di Bali dan menikah dengan orang asing tanpa perduli dan ingin cari tahu keadaan Arif. Tapi di tengah malam tiba-tiba Sarmini mimpi melihat anak laki-laki meminta tolong dan memanggil "Ibu,, tolong Arif bu.."

Dan seketika dia pun bangun tersentak dan menangis sejadi-jadinya ingat putra yang di tinggalkannya..

Dengan niat mencari Arif, Sarmini pun pulang ke desa. Tapi apa daya, takdir telah mengambil Arif 3 bulan yang lalu. Dan tetangga itu mengatakan Arif tidak mau keluar rumah walaupun untuk berobat. Karena dia takut Ibunya pulang tak mendapati dia di rumah dan si Ibu akan pergi lagi. Secarik kertas pun di serahkan kepada Sarmini dari tetangga itu.

"Ibu.. ini Arif anakmu,, yang merindukan kehadiranmu. Kenapa ibu tidak pulang? Apa Arif nakal, Bu? Apa karena Arif sering ngompol dan sering membuat Ibu membersihkan kotoranku, sehingga Ibu meninggalkan Arif? Kakiku tidak bisa bergerak, Bu.. Mulutku pun tidak sanggup berucap untuk mengatakan kalau aku ingin ke belakang pun bibir ini tak bisa mengeluarkan suara.. Punya keinginan diriku melangkah sendiri, tapi kaki ini tidak sanggup melangkah ke kamar mandi, Ibu tau itu.. Jangan membenciku Ibu, karena aku tak berharap menjadi anak yang cacat karena penyakit polio ini. Sekarang Arif bisa merangkak sendiri untuk bisa ke kamar mandi. Ibu cepat pulang ya.. Arif janji gak akan ngompol dan berak lagi di tempat tidur. Karena Arif sekarang sudah bisa merangkak. Arif juga belajar menulis dari anaknya mbok Nah, tetangga kita. Badanku panas Bu malam ini.. Aku ingin di peluk Ibu.. Terasa dingin banget,, Bahagianya aku jika malam ini tidur bersamamu, pasti terasa hangat. Arif mau tidur, Bu.. Karena badan Arif menggigil kedinginan. Salam sayang untukmu, dari anakmu, Arif."

Sarmini pun meraung-raung menyesali perbuatanya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Arif pun sudah di kubur gara-gara sakit demam tanpa ada orang yang tahu di saat dia menghembuskan nafas terakhir. Secarik kertas itupun masih di genggam erat di tangan Arif saat ajal menjemputnya.

Kini, Sarmini pun sering menangis sendiri menyesali perbuatnya, karena Arif yang sering datang dalam mimpi ibunya untuk minta di peluk.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Copyright © 2015 Berbagi Cerita & Tips | Distributed By My Blogger Themes | Designed By Blokotka